Budi's Spicy Surprise: A Market Misadventure
FluentFiction - Indonesian
Budi's Spicy Surprise: A Market Misadventure
Di sisi timur kota, terbentang pasar tradisional yang selalu ramai.
On the east side of the city, there lay a bustling traditional market.
Pasar itu dipenuhi dengan warna-warni keramaian dan aroma rempah yang memikat hati.
The market was filled with a riot of colors and the alluring aroma of spices.
Berkilauan di pagi hari, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.
It sparkled in the morning, as everyone was busy with their own business.
Di antara mereka, ada seorang anak laki-laki bernama Budi, yang baru pertama kali mengunjungi pasar ini.
Among them, there was a boy named Budi, who was visiting the market for the first time.
Budi merasa sangat excited.
Budi felt very excited.
Ia melihat berbagai macam barang yang dijual, dari sayur hingga buah-buahan segar.
He saw all kinds of items being sold, from fresh vegetables to fruits.
Ia juga melihat aneka makanan yang terlihat sangat menggoda selera.
He also saw a variety of tempting foods.
Budi tidak sabar untuk mencoba semuanya.
Budi couldn't wait to try them all.
Saat berjalan, matanya tertarik pada sebuah tampilan yang unik.
While walking, his eyes were drawn to a unique display.
Ada banyak sekali keranjang yang penuh dengan apa yang terlihat seperti camilan renyah berwarna-warni.
There were many baskets filled with what looked like colorful crispy snacks.
Tanpa berpikir panjang, Budi segera mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya.
Without much thought, Budi immediately took one and put it in his mouth.
Detik berikutnya, apa yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan.
The next moment, what happened was too quick to explain.
Rasa pedas yang luar biasa tiba-tiba menggigit lidah Budi.
A tremendously spicy taste suddenly bit Budi's tongue.
Ternyata, apa yang dia kira sebagai camilan adalah cabai rawit yang sangat pedas!
It turned out, what he thought was a snack was actually extremely spicy chili!
Wajah Budi langsung memerah, air mata mulai mengalir dari matanya, dan ia mulai melompat-lompat sambil memegang mulutnya.
Budi's face immediately turned red, tears started flowing from his eyes, and he began jumping around while holding his mouth.
Orang-orang di sekitarnya mulai memperhatikan.
People around started paying attention.
Seorang kakek tua yang menjual cabai itu tidak bisa menahan tawa, dan sebentar lagi, semua orang di pasar itu tertawa melihat reaksi Budi yang lucu.
An old man selling the chili couldn't help but laugh, and soon everyone in the market laughed at Budi's funny reaction.
Salah seorang pedagang dengan cepat memberi Budi sebotol air putih dan beberapa potong timun.
A merchant quickly gave Budi a bottle of water and some slices of cucumber.
"Minumlah," katanya masih tertawa.
"Drink this," he said still laughing.
"Itu akan membantu meredakan pedasnya.
"It will help ease the spiciness."
" Budi meminum air putih itu dalam sekali teguk dan memakan timun itu.
Budi drank the water in one gulp and ate the cucumber.
Perlahan, pedasnya mulai pudar.
Slowly, the spiciness started to fade.
Budi merasa sangat malu, tapi dia juga tidak bisa menahan tawa melihat betapa lucunya keadaan itu.
Budi felt very embarrassed, but he also couldn't help but laugh at how funny the situation was.
"Terima kasih atas air dan timunnya, Pak," kata Budi kepada pedagang itu.
"Thank you for the water and cucumber, Sir," Budi said to the merchant.
Pada akhirnya, Budi belajar sebuah pelajaran penting tentang pasar tradisional - bahwa tidak semua yang berwarna cerah dan menarik bisa dimakan tanpa tahu apa sebenarnya itu.
In the end, Budi learned an important lesson about the traditional market - that not everything colorful and attractive can be eaten without knowing what it really is.
Dan semua orang di pasar mendapatkan tawa yang baik hari itu, termasuk Budi.
And everyone at the market had a good laugh that day, including Budi.
Sejak peristiwa itu, Budi jadi lebih hati-hati dalam memilih makanan.
Since that incident, Budi became more careful in choosing his food.
Namun, dia juga merasa lebih dekat dengan komunitas pasar setelah kejadian lucu yang telah mempertemukan mereka dalam tawa bersama itu.
However, he also felt closer to the market community after the funny incident that brought them together in laughter.
Walaupun pengalaman itu pedas dan menyengat, namun kenangannya akan selalu manis, layaknya pelajaran hidup yang tidak terlupakan.
Though the experience was spicy and stinging, its memory will always be sweet, like an unforgettable life lesson.