The Accidental Durian Delight
FluentFiction - Indonesian
The Accidental Durian Delight
Hari itu, matahari bersinar terik di atas kepala Budi saat ia berjalan kaki menuju pasar tradisional.
That day, the sun shone brightly overhead as Budi walked towards the traditional market.
Pasar itu ramai, penuh dengan teriakan penjual dan pembeli yang berbaur menjadi satu.
The market was bustling, filled with the shouts of vendors and the blending of buyers into one.
Budi punya rencana untuk membeli semangka.
Budi had a plan to buy a watermelon.
Ia membayangkan betapa segarnya semangka itu ketika dimakan bersama keluarga di rumah.
He imagined how refreshing the watermelon would be when eaten with his family at home.
Dengan langkah yang bersemangat, ia berkeliling pasar, mencari lapak yang menjual semangka.
With eager steps, he roamed the market, searching for a stall selling watermelon.
Tak lama, Budi melihat keranjang yang penuh dengan buah berwarna hijau.
Before long, Budi spotted a basket full of green fruits.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambil satu yang paling besar.
Without much thought, he immediately picked the largest one.
Budi merasa heran karena buah itu lebih berat dari yang ia bayangkan.
Budi was surprised because the fruit was heavier than he had imagined.
Dan baru ketika ia mendekatkan buah itu ke hidungnya, ia menyadari kesalahannya.
And only when he brought the fruit close to his nose did he realize his mistake.
Itu bukan semangka.
It wasn't a watermelon.
Itu durian!
It was a durian!
Hatinya langsung berdebar.
His heart raced.
Bau tajam durian itu membuat Budi pusing.
The pungent smell of the durian made Budi dizzy.
Ia ingin meletakkan kembali durian itu, tapi penjualnya malah mendekat dan berkata, "Wah, pilihan yang bagus, Bang!
He wanted to put the durian back, but the seller approached and said, "Wow, a great choice, sir!
Durian ini manis, dagingnya tebal, pasti puas deh!
This durian is sweet, with thick flesh, you'll definitely enjoy it!"
"Budi, yang tidak ingin mengecewakan penjual itu, akhirnya membeli durian tersebut, meskipun ia sebenarnya tidak suka durian.
Budi, not wanting to disappoint the seller, ended up buying the durian, even though he actually didn't like durian.
Ia membawa durian itu pulang dengan perasaan yang cemas karena tidak tahu bagaimana reaksi keluarganya.
He brought the durian home feeling anxious about how his family would react.
Sampai di rumah, Budi menghela napas dan memutuskan untuk jujur kepada keluarganya.
At home, Budi sighed and decided to be honest with his family.
Ia menceritakan tentang kesalahan yang dibuatnya di pasar.
He told them about the mistake he made at the market.
Tetapi, alih-alih marah, keluarga Budi malah tertawa mendengar cerita tersebut.
But instead of getting angry, Budi's family laughed upon hearing the story.
Mereka memutuskan untuk membuka durian itu bersama-sama.
They decided to open the durian together.
Dan ternyata, walaupun aroma durian itu bisa membuat seisi rumah jadi "beraroma", rasa durian yang manis itu justru membuat mereka semua ketagihan.
And as it turned out, although the smell of the durian could make the whole house "fragrant", the sweet taste of the durian actually made them all addicted.
Mereka makan bersama, saling canda dan tawa.
They ate together, exchanged jokes, and laughed.
Sejak kejadian itu, Budi belajar untuk tidak terlalu cepat dalam membuat keputusan, terutama saat membeli sesuatu.
Since that incident, Budi learned not to rush into making decisions, especially when buying something.
Dan keluarganya belajar bahwa terkadang, kesalahan kecil bisa membawa kebahagiaan yang tidak terduga.
And his family learned that sometimes, small mistakes can bring unexpected happiness.
Akhirnya, walaupun kejadian itu berawal dari situasi yang kurang menyenangkan, namun berakhir dengan keceriaan dan kenangan manis bagi Budi dan seluruh anggota keluarganya.
In the end, even though the event started from an unpleasant situation, it ended with joy and sweet memories for Budi and all his family members.