
Dewi's Daring Dream: Chasing Archaeological Aspirations
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Dewi's Daring Dream: Chasing Archaeological Aspirations
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Prambanan berdiri megah di bawah langit biru yang cerah.
Prambanan stood majestically under the clear blue sky.
Ratusan daun gugur dari pohon-pohon, menyelimuti tanah dengan karpet keemasan.
Hundreds of leaves fell from the trees, covering the ground with a golden carpet.
Udara penuh dengan aroma dupa.
The air was filled with the scent of incense.
Pengunjung ramai memadati area candi untuk merayakan Hari Raya Galungan.
Visitors crowded the temple area to celebrate Hari Raya Galungan.
Angin lembut membawa bisik-bisik doa yang terdengar sakral.
A gentle breeze carried the whispers of prayers that sounded sacred.
Dewi memandang sekeliling, melihat keluarganya berkumpul penuh suka cita.
Dewi looked around, seeing her family gathered in joy.
Di sampingnya, Rama, kakaknya, dan Sari, sepupunya, saling bertukar cerita dengan penuh semangat.
Beside her, Rama, her brother, and Sari, her cousin, exchanged stories enthusiastically.
Dewi merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
Dewi felt her heart beating faster than usual.
Hari ini adalah hari yang ia siapkan sejak lama.
Today was the day she had been preparing for a long time.
Ia ingin mengungkapkan rencananya untuk pindah ke luar negeri, mengejar impiannya menjadi arkeolog.
She wanted to reveal her plan to move abroad to pursue her dream of becoming an archaeologist.
Selama ini Dewi merasa terkekang oleh harapan keluarga.
All this time, Dewi felt constrained by her family's expectations.
Ia mencintai mereka, tetapi ia juga ingin bebas menentukan jalan hidupnya.
She loved them, but she also wanted to be free to choose her own path.
Pergulatan batin ini membuatnya resah.
This internal struggle made her anxious.
Hari Raya Galungan seharusnya menjadi waktu bagi keluarga untuk merayakan kemenangan dharma.
Hari Raya Galungan should be a time for families to celebrate the victory of dharma.
Namun, Dewi tahu, rencananya bisa saja mengganggu keharmonisan ini.
However, Dewi knew her plan could disturb this harmony.
Anggota keluarga saling merangkul di depan candi, memohon berkah dan bimbingan.
Family members embraced each other in front of the temple, seeking blessings and guidance.
Dewi tersenyum, meskipun hatinya masih dilanda kebimbangan.
Dewi smiled, even though her heart was still filled with doubt.
“Dewi, kamu kenapa?” tanya Sari sambil menatap lembut pada Dewi.
“Dewi, what's wrong?” Sari asked, looking gently at Dewi.
“Tidak apa-apa, Sari. Hanya memikirkan banyak hal,” sahut Dewi sambil mencoba menyunggingkan senyum.
“Nothing, Sari. Just thinking about many things,” Dewi replied, trying to keep her smile.
Ketika momen foto keluarga tiba, Dewi berdiri di tengah.
When the time for the family photo arrived, Dewi stood in the center.
Dadanya bergetar, tetapi ada kekuatan yang mengalir dalam dirinya untuk mengungkapkan kebenaran.
Her chest quivered, but there was a strength flowing within her to speak the truth.
Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan lantang, “Aku punya sesuatu untuk diberitahukan pada kalian semua.”
She took a deep breath, then said loudly, “I have something to tell you all.”
Semua mata tertuju padanya.
All eyes were on her.
Dewi melanjutkan, “Aku ingin pindah ke luar negeri.
Dewi continued, “I want to move abroad.
Aku ingin menjadi arkeolog.
I want to become an archaeologist.
Ini adalah impianku.”
This is my dream.”
Hening merebak di sekitar candi.
Silence spread around the temple.
Dewi dapat melihat segelintir ketidakpercayaan dan keterkejutan di wajah keluarganya.
Dewi could see a bit of disbelief and surprise on her family's faces.
Namun, ia juga merasakan kelegaan karena akhirnya mengutarakan rencananya.
However, she also felt relief for finally expressing her plan.
Rama menghela napas dan berkata, “Dewi, itu akan menjadi langkah besar.
Rama sighed and said, “Dewi, that will be a big step.
Kau yakin?”
Are you sure?”
Dewi mengangguk.
Dewi nodded.
“Ini yang benar-benar kuinginkan.
“This is what I really want.
Aku harap kalian bisa mengerti dan mendukungku.”
I hope you guys can understand and support me.”
Setelah beberapa saat, suara Ibu terdengar lembut namun tegas.
After a moment, her mother's voice was soft yet firm.
“Kami hanya ingin kau bahagia, Dewi.
“We just want you to be happy, Dewi.
Kami akan belajar menerima keputusanmu.”
We will learn to accept your decision.”
Meskipun ada sedikit keraguan dalam suaranya, Dewi tahu cinta itu tulus.
Although there was some doubt in her voice, Dewi knew the love was sincere.
Keluarga lainnya mulai mengerti. Bicara satu per satu untuk memberi dukungan.
The rest of the family began to understand, speaking one by one to offer support.
Meskipun ada yang masih khawatir, perasaan cinta perlahan memenuhi udara, menghiasi seluruh momen tersebut.
Even though some were still worried, the feeling of love gradually filled the air, decorating the entire moment.
Hari itu, di depan Prambanan yang megah, Dewi menemukan kebebasan dan keberanian.
That day, in front of the majestic Prambanan, Dewi found freedom and courage.
Ia menyadari bahwa cinta keluarga adalah hal yang paling berharga.
She realized that family love is the most precious thing.
Mungkin butuh waktu bagi semuanya untuk sepenuhnya menerima.
It might take time for everyone to fully accept it.
Namun, dengan keyakinan kuat dan dukungan dari mereka, ia siap menghadapi petualangan baru yang menantinya di luar negeri.
But with strong conviction and support from them, she was ready to face the new adventures that awaited her abroad.