
Courage in White Walls: A Heartwarming Tale of True Friendship
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Courage in White Walls: A Heartwarming Tale of True Friendship
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di awal musim semi, di belahan bumi selatan yang mulai hangat, terletak sebuah rumah sakit dengan dinding putih yang bersih dan udara segar yang masuk melalui jendela di bangsal pemulihan.
In early spring, in the warming southern hemisphere, there is a hospital with clean white walls and fresh air streaming through the windows of the recovery ward.
Suara langkah kaki dokter dan perawat terdengar jelas di koridor panjang.
The sound of doctors' and nurses' footsteps is clearly heard in the long corridor.
Di ruangan itulah pertemanan sejati diuji.
This is where true friendship is tested.
Rina berdiri di depan pintu kamar rumah sakit.
Rina stood in front of the hospital room door.
Tangannya sedikit bergetar memegang kotak kecil berwarna hijau yang dibungkus dengan pita putih.
Her hand slightly trembled holding a small green box wrapped with a white ribbon.
Bunga-bunga yang mulai mekar di luar tidak bisa menyamarkan rasa gugupnya.
The blooming flowers outside couldn't mask her nervousness.
Bagus, sahabat setia mereka, berdiri di sampingnya dengan senyum lebar yang mencoba memberikan rasa tenang.
Bagus, their loyal friend, stood beside her with a wide smile trying to offer a sense of calm.
"Rina, Nina pasti senang melihat kita.
"Rina, Nina will surely be happy to see us.
Jangan khawatir," kata Bagus dengan nada menenangkan.
Don't worry," said Bagus in a reassuring tone.
Rina menarik napas dalam-dalam.
Rina took a deep breath.
Dia tidak suka berada di rumah sakit, tetapi keinginan untuk mendampingi Nina menguatkan hatinya.
She didn't like being in a hospital, but the desire to accompany Nina strengthened her heart.
Dia tahu Nina membutuhkan dukungannya.
She knew Nina needed her support.
Dengan perlahan, Rina membuka pintu, mencoba menghilangkan debar di dada.
Slowly, Rina opened the door, trying to eliminate the throb in her chest.
Di dalam, Nina berbaring di ranjang putih, terlihat lemah tetapi semangat mengisi matanya.
Inside, Nina lay on the white bed, looking weak but her eyes were filled with spirit.
Begitu melihat Rina dan Bagus, senyum lemah muncul di wajahnya.
As soon as she saw Rina and Bagus, a weak smile appeared on her face.
"Kalian datang!
"You came!"
" seru Nina pelan, suaranya hangat meski lemah.
Nina exclaimed softly, her voice warm despite being weak.
"Hey, bagaimana perasaanmu hari ini?
"Hey, how are you feeling today?"
" Bagus bertanya ringan, mendekati ranjang.
Bagus asked lightly, approaching the bed.
Rina menyerahkan kotak kecilnya kepada Nina.
Rina handed her small box to Nina.
Di dalamnya ada selempang kecil berwarna-warni yang Rina rajut sendiri, dengan harapan bisa sedikit memberikan kehangatan.
Inside was a small colorful sash that Rina had knitted herself, hoping it could bring a little warmth.
"Aku pikir ini bisa membuatmu merasa lebih baik," ujarnya dengan senyum lembut, meski hatinya masih bergemuruh.
"I thought this might make you feel better," she said with a gentle smile, even though her heart was still pounding.
Nina tersentuh dengan perhatian Rina.
Nina was touched by Rina's attention.
"Terima kasih, Rina.
"Thank you, Rina.
Kamu selalu tahu bagaimana membuatku tersenyum.
You always know how to make me smile."
"Percakapan pun mengalir.
The conversation flowed.
Mereka berbicara tentang rencana ke depan, mengingat momen lucu yang pernah mereka lewati bersama.
They talked about future plans, reminiscing about the funny moments they once experienced together.
Tawa kecil di antara mereka mengusir kekhawatiran Rina akan rumah sakit.
The small laughter between them chased away Rina's worries about the hospital.
Saat matahari mulai tenggelam, Rina menyadari satu hal yang penting.
As the sun began to set, Rina realized one important thing.
Rasa takutnya di rumah sakit memudar karena ia tahu kehadirannya lebih penting daripada ketakutannya.
Her fear of the hospital faded because she knew her presence was more important than her fears.
Kekuatan persahabatan telah memberinya keberanian baru.
The strength of friendship had given her newfound courage.
Akhirnya, Rina, Bagus, dan Nina berbagi pelukan hangat.
Finally, Rina, Bagus, and Nina shared a warm embrace.
Percakapan mereka hari itu memberikan energi baru bagi Nina, menyemangatkan hatinya untuk sembuh.
Their conversation that day provided new energy for Nina, encouraging her heart to heal.
Rina merasa lebih berani dan bersyukur memiliki teman yang saling mendukung dalam suka dan duka.
Rina felt braver and grateful to have friends who supported each other in good and bad times.
Dan di tengah suasana rumah sakit yang tenang, mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan terus memberi mereka keberanian.
And amidst the peaceful hospital atmosphere, they knew that their friendship would continue to give them courage.