FluentFiction - Indonesian

Lanterns of Love: A Wedding Amidst the Mist of Mount Bromo

FluentFiction - Indonesian

18m 09sSeptember 28, 2025
Checking access...

Loading audio...

Lanterns of Love: A Wedding Amidst the Mist of Mount Bromo

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Di tengah musim semi yang segar, Indah berdiri di kaki Gunung Bromo.

    In the midst of a fresh spring, Indah stood at the foot of Mount Bromo.

  • Di sekelilingnya, bunga liar menari ditiup angin lembut.

    Around her, wildflowers danced in the gentle breeze.

  • Meski indah, pikiran Indah sedang kalut.

    Despite the beauty, Indah's mind was troubled.

  • Pernikahan adiknya, Rina, akan segera berlangsung.

    Her sister Rina's wedding was about to take place soon.

  • Indah ingin memastikan semua sesuai tradisi Tengger.

    Indah wanted to ensure everything was in accordance with Tengger traditions.

  • Semua harus sempurna.

    Everything had to be perfect.

  • Indah teringat wajah neneknya yang penuh kasih.

    Indah remembered her grandmother's loving face.

  • Setiap kata nasihat dan cerita tentang tradisi mengingatkannya tentang pentingnya hari itu.

    Every word of advice and stories about traditions reminded her of the importance of that day.

  • Indah bertekad, pernikahan ini adalah penghormatan bagi neneknya.

    Indah was determined that this wedding was a tribute to her grandmother.

  • Namun, awan gelap menggantung di langit.

    However, dark clouds hung in the sky.

  • Ramalan cuaca tidak bersahabat.

    The weather forecast was unfavorable.

  • Kabut tebal dan hujan bisa datang kapan saja.

    Thick fog and rain could come at any time.

  • Jalanan menuju lokasi pernikahan bisa jadi sulit dilalui.

    The road to the wedding location could become difficult to pass.

  • Indah harus bersiap-siap.

    Indah had to prepare.

  • Di antara aroma tanah basah, Indah bertemu Putra, sahabat lama yang siap membantu.

    Amidst the aroma of wet earth, Indah met Putra, an old friend who was ready to help.

  • Bersama, mereka mengunjungi para tetua desa.

    Together, they visited the village elders.

  • Indah meminta nasihat.

    Indah sought advice.

  • “Bagaimana jika cuaca buruk datang?

    "What if bad weather comes?"

  • ” tanyanya cemas.

    she asked anxiously.

  • Tetua desa bijaksana.

    The village elders were wise.

  • Mereka menyarankan beberapa perubahan.

    They suggested some changes.

  • “Pindahkan ke lokasi atap, jika harus.

    "Move to a covered location if necessary.

  • Tapi jangan lupakan cahaya.

    But don't forget the light.

  • Lantern terang akan membantu menjaga semangat,” kata salah satu tetua sambil tersenyum.

    Bright lanterns will help maintain the spirit," said one of the elders with a smile.

  • Hari yang dinantikan tiba.

    The awaited day arrived.

  • Langit cerah, tetapi hanya sesaat.

    The sky was clear, but only for a moment.

  • Saat upacara dimulai, kabut datang dengan cepat.

    As the ceremony began, fog quickly rolled in.

  • Pandangan kabur, dan udara menjadi dingin.

    The view was blurred, and the air turned cold.

  • Rina terlihat gugup, namun Indah tenang.

    Rina looked nervous, but Indah was calm.

  • Ini adalah saat keputusan.

    This was the moment of decision.

  • Indah memutuskan untuk tetap berada di tempat.

    Indah decided to stay put.

  • Dia mengingat kata-kata tetua tentang lantera.

    She remembered the elders' words about the lanterns.

  • Dengan cepat, Indah dan Putra menyalakan lantera berwarna-warni.

    Quickly, Indah and Putra lit colorful lanterns.

  • Jalanan dan altar pernikahan kini diterangi dengan cahaya lembut.

    The paths and the wedding altar were now lit with a soft glow.

  • Kabut mungkin ada, tapi cahaya lantera memberikan kehangatan.

    The fog might have been present, but the lanterns' light provided warmth.

  • Musik tradisional mulai bermain, dan suasana menjadi magis.

    Traditional music began to play, and the atmosphere became magical.

  • Tamu tersenyum, suasana makin akrab.

    Guests smiled, and the mood became more intimate.

  • Rina dan pasangan berdiri di depan, tempat yang sudah diterangi cahaya indah.

    Rina and her partner stood in front, at a place now illuminated by beautiful light.

  • Pernikahan berlangsung dengan lancar.

    The wedding went smoothly.

  • Indah melihat ke arah langit yang masih berkabut, tapi hatinya tenang.

    Indah looked up at the still foggy sky, but her heart was calm.

  • Dia menyadari, cinta dan kebersamaan lebih penting daripada keteraturan yang sempurna.

    She realized that love and togetherness were more important than perfect order.

  • Ketika pesta usai, Indah merasa lega.

    When the celebration was over, Indah felt relieved.

  • Dia berterima kasih kepada Putra dan semua yang membantu.

    She thanked Putra and everyone who helped.

  • Dia tahu, pernikahan adiknya akan menjadi kenangan.

    She knew her sister's wedding would be a cherished memory.

  • Meski kabut menutupi gunung, tidak mengurangi kehangatan dalam hati semua yang hadir.

    Although the fog covered the mountain, it didn't diminish the warmth in the hearts of all those present.

  • Pernikahan sukses.

    The wedding was a success.

  • Indah belajar, bahwa fleksibilitas dan kerjasama adalah kunci.

    Indah learned that flexibility and cooperation were key.

  • Dengan hati ringan, dia tersenyum mengingat neneknya.

    With a light heart, she smiled, remembering her grandmother.

  • Indah yakin, neneknya juga tersenyum dari atas sana.

    Indah was sure her grandmother was smiling from above too.