FluentFiction - Indonesian

Arif's Green Dream: Jakarta's Fresh Wave of Eco-Entrepreneurship

FluentFiction - Indonesian

18m 58sSeptember 30, 2025
Checking access...

Loading audio...

Arif's Green Dream: Jakarta's Fresh Wave of Eco-Entrepreneurship

1x
0:000:00

Sign in for Premium Access

Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.

View Mode:
  • Di lantai tiga belas sebuah gedung pencakar langit di Jakarta, cahaya matahari menerobos melalui jendela besar, menerangi kantor dengan lantai terbuka Jakarta Startup Incubator.

    On the thirteenth floor of a skyscraper in Jakarta, sunlight pierced through large windows, illuminating the open-floor office of the Jakarta Startup Incubator.

  • Suara dering telepon dan tawa kecil dari para tim startup mengisi udara.

    The sounds of ringing phones and the soft laughter of startup teams filled the air.

  • Arif berdiri di pojok ruangan, menatap jendela.

    Arif stood in the corner of the room, staring out the window.

  • Pemandangan Jakarta yang sibuk seolah mengguncang pikirannya yang kacau.

    The bustling view of Jakarta seemed to shake his already tangled thoughts.

  • Arif adalah seorang pengusaha muda dengan mimpi besar.

    Arif was a young entrepreneur with big dreams.

  • Dia memiliki ide untuk layanan pengiriman ramah lingkungan.

    He had an idea for an environmentally-friendly delivery service.

  • Dengan sepeda listrik, Arif percaya dirinya dapat mengurangi polusi di Jakarta, sedikit demi sedikit.

    With electric bikes, Arif believed he could reduce pollution in Jakarta, little by little.

  • Namun, satu masalah menghantui: dia harus meyakinkan para investor.

    However, one problem loomed over him: he had to convince the investors.

  • Hari ini, Arif harus mempresentasikan idenya.

    Today, Arif had to present his idea.

  • Tapi ada Joko.

    But there was Joko.

  • Joko adalah pesaing yang kuat, mempunyai latar belakang bisnis yang lebih menjual serta slide presentasi yang rapi.

    Joko was a strong competitor, with a more marketable business background and polished presentation slides.

  • Sinta, sahabat Arif dan juga mitra bisnisnya, menyemangatinya, “Jangan khawatir, Arif. Berbicara dari hati. Fokus pada misi kita untuk lingkungan.”

    Sinta, Arif's best friend and business partner, encouraged him, “Don’t worry, Arif. Speak from the heart. Focus on our mission for the environment.”

  • Saat waktunya tiba, Arif maju ke depan.

    When the time came, Arif stepped forward.

  • Jantungnya berdetak cepat.

    His heart raced.

  • Dia membuka dengan ungkapan yang sederhana, “Selamat pagi, saya Arif, dan saya peduli pada lingkungan Jakarta.”

    He opened with a simple expression, “Good morning, I am Arif, and I care about the environment of Jakarta.”

  • Para investor terlihat serius, beberapa dari mereka mencatat.

    The investors looked serious, some of them taking notes.

  • Ketika tiba giliran Joko, dia memulai dengan percaya diri.

    When it was Joko’s turn, he started confidently.

  • Slide presentasinya penuh data dan grafik yang memukau.

    His presentation slides were full of impressive data and graphs.

  • Namun, di tengah jalan, raut wajahnya berubah.

    However, midway through, his expression changed.

  • Ia lupa kata-kata penting.

    He forgot some important words.

  • Terlihat kebingungan menguasai dirinya.

    Confusion took over him.

  • Sebuah kesempatan muncul.

    An opportunity arose.

  • Arif berdiri, suara Sinta seolah terngiang kembali di telinganya.

    Arif stood up, Sinta’s voice seemed to echo in his ear again.

  • “Kami ingin membuat Jakarta lebih hijau,” katanya dengan penuh tekad.

    “We want to make Jakarta greener,” he said with determination.

  • Dia berbicara dengan penuh keyakinan tentang betapa pentingnya solusi lingkungan.

    He spoke with great confidence about the importance of environmental solutions.

  • Alih-alih berfokus pada keuntungan, Arif menekankan bagaimana startup-nya bisa menjadi bagian dari solusi lingkungan global.

    Instead of focusing on profits, Arif emphasized how his startup could become part of a global environmental solution.

  • Para investor mulai berbisik satu sama lain.

    The investors began whispering to one another.

  • Ketika sesi berakhir, salah satu investor mendekati Arif.

    When the session ended, one of the investors approached Arif.

  • “Ide Anda menarik, kami tertarik mendanai sebagian.” kata investor itu.

    “Your idea is interesting, we’re interested in partially funding it,” the investor said.

  • Mata Arif berbinar, tidak menyangka dirinya akan mendapatkan kesempatan seperti ini.

    Arif’s eyes lit up, not expecting that he would receive such an opportunity.

  • Dengan langkah lebih ringan dan hati yang puas, Arif keluar dari ruangan.

    With lighter steps and a satisfied heart, Arif left the room.

  • Kali ini, ia bukan hanya seorang pemimpi, tetapi juga seseorang yang percaya pada visi dan kemampuan dirinya.

    This time, he wasn’t just a dreamer, but someone who believed in his vision and capabilities.

  • Jakarta terdengar lebih menggairahkan baginya.

    Jakarta sounded more exciting to him.

  • Perubahan kecil telah membangun kepercayaan diri yang besar dalam dirinya.

    A small change had built a great confidence within him.

  • Sinta memeluknya, “Kamu berhasil, Arif! Kita baru saja memulai perjalanan besar ini!”

    Sinta hugged him, “You did it, Arif! We’ve just begun this great journey!”

  • Arif tersenyum, “Ini baru permulaan, Sinta. Kita akan membawa angin perubahan ke Jakarta.”

    Arif smiled, “This is just the beginning, Sinta. We’re going to bring a breeze of change to Jakarta.”

  • Dan dengan itu, Arif tahu bahwa tidak ada batasan untuk mimpi dan usaha yang dijalani dengan ketulusan hati.

    And with that, Arif knew that there were no limits to dreams and efforts pursued with sincerity of heart.