
Unveiling Ancestral Ties at Borobudur's Timeless Stones
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Unveiling Ancestral Ties at Borobudur's Timeless Stones
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Borobudur selalu menyimpan rahasia di setiap sudutnya.
Borobudur always holds secrets in every corner.
Di tengah liburan Idul Fitri, sekolah Dewi mengadakan perjalanan ke sana.
During the Idul Fitri holiday, Dewi's school organized a trip there.
Udara pagi musim semi terasa hangat dan penuh semangat.
The spring morning air felt warm and full of spirit.
Matahari bersinar lembut di atas Candi Borobudur yang megah.
The sun shone gently above the magnificent Candi Borobudur.
Dewi, Raka, dan Indra turun dari bus bersama teman-teman sekelas mereka.
Dewi, Raka, and Indra got off the bus with their classmates.
Mereka terpesona oleh keindahan candi yang menjulang tinggi dan penuh sejarah.
They were mesmerized by the towering beauty and rich history of the temple.
Dewi tidak bisa menahan rasa penasaran yang membara di hatinya.
Dewi couldn't contain the burning curiosity in her heart.
Ia merasa panggilan dari masa lalu, sesuatu dari sejarah keluarganya, tertanam di antara batu-batu tua itu.
She felt a call from the past, something from her family history embedded among those ancient stones.
"Semuanya, berkumpul di sini!
"Everyone, gather here!"
" seru guru mereka sambil mengangkat tangan.
their teacher called out, raising a hand.
"Kita akan memulai tur dengan pemandu.
"We will begin the tour with a guide."
"Dewi mengikuti rombongan, mendengarkan penjelasan pemandu wisata.
Dewi followed the group, listening to the tour guide's explanations.
Namun, pikirannya melayang.
However, her mind wandered.
Ia ingin lebih banyak waktu untuk menjelajahi sendiri.
She wanted more time to explore on her own.
Merasa terhimpit oleh jadwal ketat, batinnya berkecamuk antara tetap bersama teman-temannya atau mengikuti suara hatinya.
Feeling constrained by the tight schedule, her thoughts were torn between staying with her friends or following her heart's voice.
Dewi mengeluh lelah kepada Raka dan Indra, lalu pamit untuk mencari tempat duduk sebentar.
Dewi complained of fatigue to Raka and Indra, then excused herself to find a seat for a moment.
Raka yang penuh semangat berlalu bersama beberapa teman, sementara Indra setia mendampingi.
Raka enthusiastically went on with some friends, while Indra faithfully stayed by her side.
Dewi tahu dia tidak boleh pergi terlalu jauh, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan semuanya.
Dewi knew she shouldn't go too far, but her curiosity overpowered everything.
Dengan hati-hati, Dewi menyelinap ke bagian candi yang lebih sepi.
Carefully, Dewi sneaked into a quieter part of the temple.
Ketika ia mencapai sudut jauh, ia menemukan dinding dengan ukiran kuno yang menarik perhatian.
When she reached a distant corner, she found a wall with ancient carvings that caught her attention.
Simbol di sana terlihat akrab.
The symbols there seemed familiar.
Ia mendekat, matanya terbelalak.
She drew closer, her eyes widened.
Sebuah simbol keluarga yang dia kenal sejak kecil terukir indah di sana.
A family symbol she had known since childhood was beautifully etched there.
Merasa tersentuh dalam, Dewi merasakan kedalaman hubungan dengan leluhurnya.
Feeling deeply touched, Dewi sensed a profound connection with her ancestors.
Keajaiban dan kebanggaan mengisi hatinya.
Wonder and pride filled her heart.
Ia seakan menemukan bagian dari dirinya yang hilang.
It was as if she found a missing part of herself.
Tak lama kemudian, Dewi kembali bergabung dengan kelompok.
Not long after, Dewi rejoined the group.
Raka dan Indra menyambutnya.
Raka and Indra welcomed her.
Dengan antusias, Dewi menceritakan temuannya.
With enthusiasm, Dewi shared her discovery.
"Aku merasa lebih dekat dengan sejarah kita," katanya dengan senyuman lebar.
"I feel closer to our history," she said with a wide smile.
Kisah Dewi membuat teman-temannya terkesan.
Dewi's story impressed her friends.
Sepanjang sisa perjalanan, Dewi merasa lebih yakin akan identitasnya.
Throughout the rest of the trip, Dewi felt more assured of her identity.
Ia memahami bahwa masa lalu selalu menjadi bagian dari dirinya.
She understood that the past was always a part of her.
Hari itu, di antara batu-batu Borobudur, Dewi menemukan lebih dari sekadar sejarah — ia menemukan siapa dirinya sebenarnya.
That day, among the stones of Borobudur, Dewi found more than just history — she found who she truly was.
Akhir dari perjalanan ini bukan hanya tentang belajar, tapi juga menemukan ikatan yang memperkaya siapa Dewi.
The end of this journey was not just about learning, but also about discovering the bonds that enrich who Dewi is.
Candi Borobudur, saksi bisu waktu, kini menjadi bagian dari cerita hidupnya.
Candi Borobudur, silent witness of time, now becomes a part of her life's story.