
Sibling Reunion: A New Beginning at Taman Mini Indonesia Indah
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Sibling Reunion: A New Beginning at Taman Mini Indonesia Indah
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di pagi yang cerah di musim semi, Taman Mini Indonesia Indah seperti surga kecil di tengah kesibukan Jakarta.
On a bright spring morning, Taman Mini Indonesia Indah was like a small paradise amidst the hustle and bustle of Jakarta.
Pohon-pohon hijau dan bunga berwarna-warni menyambut setiap pengunjung dengan keharumannya.
Green trees and colorful flowers greeted every visitor with their fragrance.
Ayu dan Rizki berada di sini, dalam usaha Ayu untuk menemukan kembali hubungan dekat mereka yang hampir hilang.
Ayu and Rizki were here, in Ayu's effort to rekindle their close relationship that was nearly lost.
Ayu adalah wanita muda pekerja keras dengan senyum manis tetapi sering kali nampak tegang.
Ayu was a hardworking young woman with a sweet smile but she often appeared tense.
Beban harapan keluarga sering terasa di pundaknya.
The burden of family expectations often felt heavy on her shoulders.
Di sisi lain, Rizki tampak lebih santai.
On the other hand, Rizki seemed more relaxed.
Dia lebih suka mengejar impiannya sendiri daripada hanya menuruti jalur yang diharapkan keluarga.
He preferred to chase his own dreams rather than just following the path expected by the family.
Saat mereka berjalan-jalan di antara anjungan-anjungan yang menampilkan keragaman budaya dari seluruh Indonesia, Ayu mencoba menciptakan suasana yang nyaman.
As they strolled among the pavilions showcasing the cultural diversity from across Indonesia, Ayu tried to create a comfortable atmosphere.
"Lihat, ini rumah asli dari Sumatera Utara.
"Look, this is an authentic house from Sumatera Utara.
Indah, bukan?
Beautiful, isn't it?"
" ujarnya, berusaha memancing perhatian Rizki.
she said, trying to grab Rizki’s attention.
Rizki hanya mengangguk, masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Rizki only nodded, still lost in his own thoughts.
Dia merasa cara pandang kakaknya sering membuatnya gerah, namun hari ini ia mengikuti niatnya, berharap ada yang berubah.
He often felt his sister's perspective made him uneasy, yet today he followed her intention, hoping something would change.
Mereka tiba di anjungan rumah adat Toraja.
They arrived at the Toraja traditional house pavilion.
Di sini, Ayu mulai bercerita tentang masa kecil mereka berdua.
Here, Ayu began to talk about their childhood memories.
"Dulu, kita suka sekali bermain di atas rumah simulator seperti ini.
"Back then, we loved playing on simulators like this.
Ingat?
Remember?"
"Rizki berhenti sejenak.
Rizki paused for a moment.
Kenangan itu membuatnya tersenyum.
The memory made him smile.
"Ya, itu saat yang menyenangkan.
"Yes, those were fun times."
"Meski demikian, suasana hangat itu segera memudar ketika mereka membahas masa depan.
However, the warm atmosphere quickly faded when they discussed the future.
Ayu, dengan baik, mencoba memberi saran tentang studi Rizki, tanpa menyadari itu menambah tekanan baginya.
Ayu, in goodwill, tried to give advice about Rizki's studies, unaware that it added pressure to him.
"Aku cuma ingin kamu berhasil, Ris.
"I just want you to succeed, Ris.
Itu saja," kata Ayu lembut, meski sedikit kuatir.
That's all," Ayu said gently, though slightly worried.
Rizki akhirnya terpancing untuk berbicara lebih terbuka.
Rizki was finally sparked to speak more openly.
"Tapi, aku ingin mengejar mimpiku sendiri, Kak.
"But, I want to chase my own dream, Kak.
Aku ingin jalan sendiri.
I want my own path."
"Diskusi berubah menjadi perdebatan yang hangat.
The discussion turned into a heated argument.
Mereka berdebat dekat ukiran rumah adat Bali.
They debated near the carvings of a Bali traditional house.
Suara mereka kadang meninggi, tetapi tidak ada yang mau menyerah.
Their voices occasionally rose, but neither wanted to back down.
Setelah beberapa saat, keheningan mengambil alih.
After some time, silence took over.
Mereka duduk di bangku taman, merasa lelah dan penuh emosi.
They sat on a park bench, feeling tired and full of emotions.
"Aku.
"I...
minta maaf," Ayu mengucapkan pelan.
I'm sorry," Ayu quietly uttered.
"Aku tidak sadar menekan kamu seperti ini.
"I didn’t realize I was pressuring you like this."
"Rizki mengangguk, perlahan melunak.
Rizki nodded, slowly softening.
"Aku juga, maafkan aku jika selama ini membuatmu khawatir, Kak.
"I'm also sorry if I've made you worry all this time, Kak."
"Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menciptakan siluet indah di sepanjang taman.
The sun slowly set on the western horizon, creating a beautiful silhouette across the park.
Dalam momen hening itu, Ayu dan Rizki akhirnya benar-benar mendengarkan satu sama lain.
In that quiet moment, Ayu and Rizki finally truly listened to each other.
Ayu mulai memahami bahwa mendukung Rizki berarti menghormati pilihannya.
Ayu began to understand that supporting Rizki meant respecting his choices.
Rizki, pada gilirannya, mulai menyadari betapa besar usaha kakaknya selama ini untuk kebaikan keluarganya.
Rizki, in turn, started to realize how much effort his sister had put in for the sake of their family.
"Kita bisa mulai lagi?
"Can we start over?"
" tanya Rizki, menawarkan tangannya.
Rizki asked, offering his hand.
Ayu tersenyum lega, menerima tawaran itu dengan hangat.
Ayu smiled with relief, warmly accepting the offer.
"Ya, kita mulai lagi," jawabnya, saat mereka bangkit dan melanjutkan perjalanan.
"Yes, let's start over," she replied as they stood up and continued their journey.
Di tengah Taman Mini yang penuh warna budaya, konflik mereka berakhir dengan pemahaman baru.
Amidst the culturally vibrant Taman Mini, their conflict ended with a new understanding.
Ayu dan Rizki, sekali lagi, berjalan berdampingan dengan hati yang lebih ringan.
Ayu and Rizki, once again, walked side by side with lighter hearts.