
Lessons from the Mountain: A Journey of Friendship & Safety
FluentFiction - Indonesian
Loading audio...
Lessons from the Mountain: A Journey of Friendship & Safety
Sign in for Premium Access
Sign in to access ad-free premium audio for this episode with a FluentFiction Plus subscription.
Di bawah langit mendung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Reza dan Dewi memulai pendakian mereka.
Under the overcast sky at Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Reza and Dewi began their hike.
Hutan yang lebat dan suara aliran air terjun menemani langkah awal mereka.
The dense forest and the sound of waterfalls accompanied their initial steps.
Reza maju dengan semangat membara, sementara Dewi memperhatikan setiap langkah dengan hati-hati.
Reza moved forward with burning enthusiasm, while Dewi carefully paid attention to each step.
“Hati-hati, Reza.
"Be careful, Reza.
Jalan di sini licin,” kata Dewi sambil memegang erat ranting pohon untuk menjaga keseimbangannya.
The path here is slippery," said Dewi while gripping a tree branch tightly to maintain her balance.
Namun, Reza, seperti biasa, tidak terlalu menghiraukan.
However, Reza, as usual, didn't pay much attention.
“Jangan khawatir, Dewi.
"Don't worry, Dewi.
Kita bisa mencapai puncak sebelum hujan deras,” jawab Reza penuh semangat.
We can reach the summit before the heavy rain," replied Reza enthusiastically.
Namun, tanpa sengaja, kakinya salah berpijak.
However, accidentally, he misplaced his foot.
Sebuah bunyi pelan terdengar ketika pergelangan kakinya terkilir.
A faint sound was heard as his ankle twisted.
“Ah, sakit!
"Ah, it hurts!"
” Reza memegang kakinya dan meringis kesakitan.
Reza held his foot and winced in pain.
Dewi segera mendekati dan berjongkok untuk melihat kondisinya.
Dewi immediately approached and crouched down to check the condition.
“Kita perlu istirahat dan periksa pergelanganmu,” ujar Dewi dengan nada khawatir.
"We need to rest and check your ankle," said Dewi with a concerned tone.
“Tidak, aku baik-baik saja.
"No, I'm fine.
Aku bisa terus,” kata Reza keras kepala.
I can continue," Reza insisted stubbornly.
Tetapi setiap kali dia mencoba berdiri, rasa sakit di pergelangan kakinya semakin menjadi.
But every time he tried to stand, the pain in his ankle grew worse.
Langit makin gelap, memperingatkan datangnya hujan.
The sky grew darker, warning of incoming rain.
“Reza, kita harus berpikir bijak.
"Reza, we must be wise.
Hujan akan segera turun, dan jalur akan sangat berbahaya,” nasihat Dewi sambil melihat awan tebal di atas kepala.
The rain will come soon, and the trail will be very dangerous," advised Dewi while looking at the thick clouds overhead.
Namun, Reza masih ingin melanjutkan pendakian.
Yet, Reza still wanted to continue the hike.
Sambil berdebat, hujan mulai turun.
As they debated, the rain started to fall.
Derasnya hujan membuat dedaunan dan jalur semakin licin.
The heavy rain made the leaves and trail even more slippery.
Reza merasa degup jantungnya lebih cepat, kakinya gemetar.
Reza felt his heart race, his legs tremble.
Namun, Dewi tidak pergi meninggalkannya.
However, Dewi did not leave him.
“Kita bisa kembali lain waktu.
"We can come back another time.
Keselamatan lebih penting dari segalanya,” ujar Dewi sambil membantunya berdiri perlahan.
Safety is more important than anything," said Dewi, helping him stand slowly.
Hujan semakin deras, dan mereka tahu keputusan harus diambil cepat.
The rain grew heavier, and they knew a quick decision had to be made.
Akhirnya, Reza menghela napas panjang.
Finally, Reza let out a long sigh.
“Kau benar, Dewi.
"You're right, Dewi.
Lebih baik kita kembali,” katanya, menatap temannya dengan penghargaan baru.
It's better if we go back," he said, looking at his friend with newfound appreciation.
Dewi tersenyum lega, dan bersama-sama mereka mulai menuruni jalur sepelan mungkin, berpijak hati-hati di atas tanah yang basah.
Dewi smiled in relief, and together they began descending the path as cautiously as possible, stepping carefully on the wet ground.
Dalam perjalanan turun, Reza menyadari betapa beruntungnya dia memiliki teman seperti Dewi.
On the way down, Reza realized how lucky he was to have a friend like Dewi.
Bukan hanya demi puncak, tetapi demi persahabatan dan keselamatan.
Not just for the summit, but for friendship and safety.
Pengalaman ini membuat Reza belajar tentang pentingnya berhati-hati dan bekerja sama.
This experience taught Reza about the importance of being careful and working together.
Mereka berdua sampai ke bawah dengan selamat.
They both reached the bottom safely.
Reza duduk dan mengistirahatkan kakinya yang sakit.
Reza sat down and rested his aching foot.
“Terima kasih, Dewi,” ucap Reza tulus.
"Thank you, Dewi," Reza said sincerely.
Dewi hanya tersenyum, tahu bahwa teman lamanya kini lebih bijaksana.
Dewi just smiled, knowing her old friend was now wiser.
Mereka pulang sambil merencanakan pendakian berikutnya dengan lebih hati-hati.
They went home, planning their next hike with more caution.